Rabu, 10 Juli 2013

Sunset in Jogja



Karena tema kali ini adalah sampaikan walau satu ayat, saya akan berbagi poin lain dalam program tv  ‘apabila kamu mencintai apa yang di bumi, maka kamu akan dicintai yang di langit’. Makjleb banget buat saya yang sangat skeptis terhadap apapun. Selama ini saya hanya memikirkan diri saya sendiri. Sudah bawaan lahir seperti itu, ditambah latar belakang ilmu saya adalah ilmu politik, di mana ‘tidak ada kawan dan lawan, yang ada hanya kepentingan’. Saya menghayati betul konsep tersebut dalam hidup saya. Saya tidak mau sih mencari musuh, saya tidak mau juga terlalu dekat dengan orang. Kadang saya hanya berinteraksi sungguh-sungguh apabila saya memiliki keperluan yang menyangkut urusan saya dengan mereka. Ya, tidak sampai seperti politik sungguhan di mana kadang jadi lawan, kadang jadi teman sesuai kepentingan. Saya hanya merasa tidak perduli dengan semua orang yang tidak berkepentingan dengan saya. Sungguh-sungguh tidak direkomendasikan. Mungkin karena itulah, Yang di langit menilai saya kurang penyayang sehingga belum pantas untuk disayang. Mungkin akan berakibat pada do’a-do’a yang saya panjatkan, kehidupan dan masa depan saya. Maaf ya. Mari introspeksi.

Kemudian, Yusuf Mansyur menambahkan poin selanjutnya. Do’a pada masa puasa itu sangat mustajab. Insya Allah doa-doa yang dipanjatkan pada bulan Ramadhan akan dikabulkan. Pahala amal ibadah juga dilipatgandakan. Oleh karena itu, usahakan jangan banyak tidur, perbanyaklah amal dan do’a pada bulan Ramadhan.

Selanjutnya, dikisahkan ketika Rasul sedang di Masjid Nabawi bersama para sahabat, rasul mengucap ‘amin’ tiga kali. Setelah itu Sahabat bertanya, “Ya Rasul, mengapa Engkau mengucap Amin padahal tidak ada yang sedang memimpin do’a di sini?” Rasul menjawab bahwa baru saja Malaikat berada di situ dan berdo’a kepada Allah. Pertama, Malaikat berdoa agar jangan diterima puasa seorang manusia yang tidak meminta maaf kepada orangtua, kedua, manusia yang tidak meminta maaf pada suami/istri dan yang ketiga, orang yang tidak meminta maaf kepada saudara-saudaranya. Saya jadi ingat waktu awal Ramadhan pada masa kuliah. Saat itu kelas Ilmu Alamiah Dasar. Kelas itu mengajarkan tentang ilmu-ilmu alam. Idenya sih, diajarkan ke anak sosial agar kelak di kemudian hari apabila mahasiswa sosial berkesempatan menjadi pejabat atau pengambil keputusan, kebijakan yang diambil akan mempertimbangkan konsekuensi dan dampak terhadap lingkungan dan alam merujuk dari pengetahuan tersebut. (cocok buat gue banget.*merasa diri calon pejabat) Dosen IAD ini cukup alim. Beliau mempertanyakan kenapa orang maaf-maafan malah pada saat Lebaran, padahal seharusnya pada saat sebelum bulan Ramadhan. Lalu sore ini saya langung sms Bapak dan Ibuk untuk mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan. Mungkin mereka langsung bertanya-tanya, mengucek-ngucek mata mempertanyakan apa mereka salah baca atau mungkin mengira saya sedang error. :D :D Pak Mahfud MD, yang mengutarakan poin ini di tv, menyarankan agar kita segera minta maaf ke kerabat mumpung baru awal-awal puasa. Yess.. Kemudian saya cek HP, ibuk dan bapak membalas. Entah mereka mikir saya error atau gimana, tapi dalam sms balasan, ibuk juga menyelipkan kalimat ‘semoga Allah selalu ijabahi do’a kita.’ Amin.. amin ya Rabb.. Ibuk.. doakan anakmu mencapai cita-cita. *nangis di pojokan.

Poin terakhir ya saudaraku yang tercinta: sorga rindu pada empat macam manusia. Yang pertama, sorga rindu pada orang yang gemar membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang kita ketahui (eh, gak ding, dosen Bahasa Inggris saya melarang menggunakan ‘as we know’ dalam speech, dia bilang, ‘siapa yang tahu? kamu tahu, tapi tidak semua audience tahu’), baiklah, saya tahu dari ustadz dan pelajaran Agama Islam selama ini bahwa Al-Qur’an adalah rule of law dalam kehidupan. Sorga akan merindukan orang-orang yang gemar membaca Qur’an dan menerapkan pada kehidupan. Saya sempat berfikir bahwa membaca Al-Qur’an itu sama saja bohong kalau tidak tahu artinya. Saya juga sempat menyesal bahwa saya tidak belajar Bahasa Arab waktu kuliah. Namun demikian, tidak ada yang sia-sia, toh kita masih bisa membaca terjemahannya. Beberapa waktu lalu saya juga berkesempatan mendengar Kultum shalat Subuh (ya, anda tidak salah baca. Saya memang kebetulan bangun Subuh dan shalat di Masjid. *OMG, sesuatu buat saya yang hobby bangun kesiangan). Pak ustadz menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang kita baca ini dapat menjadi penolong bagi kita di kehidupan yang kedua. Bukan kehidupan kedua reinkarnasi seperti di film Kera Sakti perjalanan ke barat mencari kitab suci loh ya. Tentu saja kehidupan di akhirat. Percaya kehidupan kedua kan? Mending percaya aja, daripada gak percaya, udah terlanjur hidup sembarangan di dunia, tapi abis mati ternyata ada! Nah loh nyesel tiada guna kan. *nangis di pojokan neraka deh kalo gitu kasusnya. Kelak kita akan diminta pertanggung jawaban, umurmu yang dikaruniakan Gusti Allah itu kamu gunakan untuk apa. Kalau kita ahh ihh uhh.. kelabakan gak tahu mau jawab apa, Al-Qur’an yang dibaca setiap hari inilah yang akan menolong kita.

Tidak ada salahnya gak bisa bahasa Arab. Ya, tapi tetap sih, saya berkeinginan untuk belajar Bahasa Arab suatu hari jika saya memiliki kesempatan. Kita masih bisa membaca terjemahan Al-Qur’an untuk menerapkan poin-poin hukum Allah. Jika belum sempat membaca terjemahan pun, membaca Al-Qur’an akan bermanfaat menolong kita di akhirat nanti. Syukurlah, saya merasakan keganasan Bapak dan Ibuk saya. Dari kecil saya diomelin mati-matian untuk membaca Qur’an. Walhasil, membaca Qur’an ini sudah sama halnya dengan makan, sekolah, kerja dan keseharian lain. Sudah otomatis dijalani. Kalau ditanya berapa kali saya khatam Qur’an, jawabannya adalah uncountable. Hahaha.. maaf saya sombong dan riya’ pemirsa. Keganasan orangtua dalam menggembleng saya kemungkinan dapat menolong saya di kehidupan kedua. Ya, secara, selama ini saya belum berkontribusi apa-apa untuk kemaslahatan umat. Kalau ditanya, ‘kamu gunakan untuk apa umurmu?’ wah, saya pasti nangis di pojokan juga. Saya juga berharap, kebiasaan saya ini dapat menjadi amal jariyah untuk guru ngaji saya. Guru ngaji saya seorang mas-mas, anaknya seorang imam di Masjid dekat rumah. Masnya ini lulusan pondok, baik budi pekerti, santun dalam ucapan dan cakep banget. Waktu itu saya masih SD, saya pikir mas ini tampangnya persis banget sama Fery personel boyband M.E yang nyanyi lagu Inikah Cinta. Namun demikian, orang yang mengajarkan ngaji dan tajwid pada saya ini kemudian meninggal karena sakit. Semoga tiap ayat yang saya baca akan menjadi amal jariyah ilmu yang bermanfaat untuknya di alam baqa.

Tipe kedua yang dirindukan sorga adalah orang yang gemar menjaga lidah. Jika terluka karena pedang akan dapat disembuhkan, namun jika terluka hati karena tajamnya lidah, akan sulit sekali untuk disembuhkan. Dengan demikian, sorga merindukan orang yang pandai menjaga lidahnya agar sedapat mungkin tidak menyakiti hati orang lain. Semoga termasuk di dalamnya.

Tipe ketiga adalah orang yang memberi makan orang yang lapar, tipe ke-empat adalah orang yang menjalani ibadah di Bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Saya pikir sudah cukup jelas ya, dua tipe ini. Saya sudah capek nulis. Hoho.

Hanya bermodal seruan sampaikan walau satu ayat, apabila terdapat kesalahan yang fatal maupun tidak fatal dalam tulisan ini mohon dikoreksi.


Selasa, 28 Mei 2013

ketika cinta mengetuk hatimu

Sebenarnya ini saya udah kemalaman di kantor selesai mengerjakan scholarship application, tapi saya pikir saya perlu nulis tentang ini karena ini penting dan merujuk "sampaikanlah walau satu ayat." :)

Namanya Umi, teman kelompok saya waktu ospek. dia adalah seorang jilbaber, jilbabnya panjang sampai pinggang dan selalu pakai gamis. Meskipun jilbaber, dia adalah teman yang lumayan asik menurutku. Setelah Ospek kami berpisah kelas, namun masih sering sms an dan saling sapa saat ketemu di lobby. Hingga suatu ketika, saat saya sedang tidur siang, tiba-tiba saya terbangun oleh suara ringtone sms, Umi yang mengirimnya, memberitahukan undangan liqo di Masjid kampus UMY siang itu juga. Saya yang baru saja bangun tidur tentu saja bingung dan tidak dapat mencerna kosakata yang barusaja saya tahu saat itu, 'liqo'. Sambil mengumpulkan nyawa, saya menemui teman saya, untung saja dan kebetulan saja dia adalah akumni pondok Gontor, sehingga ketidaktahuan saya tentang arti kata liqo terjawab dengan segera. Sejenis pertemuan untuk pengajian.

Karena penasaran, sayapun akhirnya ganti baju dan segera menuju masjid kampus. Mati gilak, saat saya menemui Umi yang duduk-duduk bersama teman-temannya di lantai masjid bagian atas, ternyata saya mendapati diri saya satu-satunya yang berada dalam kelompok itu yang mengenakan celana jeans, kaos dan jilbab tidak sepinggang. jreng...

Pengajian pun dimulai, isinya sih ada kakak senior yang ngasih kajian, lalu setelah itu tanya jawab, sharing2 gitu. Menurutku acaranya sih lumyan asik, cara penyampaiannya pun menyenangkan, kita juga bisa sharing dan bertanya tentang ketidaktahuan kita terkait agama.

Setelah itu, saya pun beberapa kali mengikuti liqo2 yang diadakan jamaah itu. Bahkan saya pernah diajakin ke basecamp mereka. Mereka tidak mendiskriminasi saya yang memiliki gaya berpakaian beda dengan mereka. Mereka juga tidak menyebut satu sama lain dengan ukhti atau akhi seperti jamaah lainnya.

Sudah sampai di sini, akhirnya karena kita sudah bukan Mahasiswa baru lagi, kesibukan bertambah, saya menjadi jarang lagi ikut kajian bahkan tidak pernah, toh saya bukan anggota jamaah tersebut. Sampai suatu peristiwa mengantarkan saya bertemu dengan orang soleh lain pada tahun 2010. hehe. Namanya Mba Wulan, anak UI teman magang saya di Kemlu. Saya sering makan siang bareng dia, lebih memilih sholat dhuhur di masjid Kemlu daripada di tempat sholat di kantor dan sering jalan bareng. Subhanallahnya ya, di setiap obrolan kita dalam perjalanan, saat makan siang atau apa saja, selalu terselip pesan atau ilmu agama yang saya petik darinya. Contohnya adalah menyegerakan Shaalat, belum tentu kita berumur panjang. Suatu hari saya memutuskan untuk Shalat Ashar di kost saja karena kost saya dekat saja, hanya di belakang Kemlu, tapi Mba Wulan mengatakan sebaiknya Shalat dulu sebelum pulang, kita tidak akan tahu apa yang terjadi dalam perjalanan pulang walaupun jaraknya cuma dekat. Kita tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dalam keadaan belum Shalat bukan. Pesan lain adalah ketika suatu siang kita makan di kantin upakara kemlu, dia mengatakan bahwa ilmu agama itu sama halnya dengan mandi, apabila lama tidak mendapatkannya, kita akan merasa kotor. Nah.

Setelah keruwetan hidup mereda, pasca laporan magang dan skripsi, saya lulus dan bekerja di suatu instansi di kampus. Saya terngiang dengan pesan tersebut. Lalu saya bertanya tentang kajian di Jogja. Tidak mungkin kan saya ikut yg di kampus, secara sudah bukan generasinya lagi. Seorang anak magang di kantor saya memberitahu suatu kajian di Masjid dekat UGM, tiap hari apa gitu jam setengah 7. Saya pikir kajian dimulai sehabis Magrib, namun ternyata yang dimaksud adalah setengah 7 pagi. Saya tidak jadi ikut karena terlalu pagi dan tempatnya jauh, berlawanan dengan tempat kerja saya.

Suatu takdir mengantarkan pada hal ini. Mungkin sudah ditakdirkan saya memiliki tempat kost yang dekat dengan Masjid. Kost saya saat ini berada di depan Masjid, jadi kalau saat asik nonton tv gitu tiba2 terkaget dengan suara adzan yang tepat mengarah ke kost. keras sekali. *lhoh. :)
Apabila sempat, saya mengusahakan untuk Shalat berjamaah, merujuk ilmu ekonomi, derajad pahalanya lebih banyak daripada shalat sendiri.
Suatu petang, seusai Shalat Magrib di Masjid, saya dipanggil oleh mas2, dikasih selembar undangan. "Kalau ada waktu dan tidak sibuk, besok datang ke pengajian ya Mba," kata mas2 pengurus masjid itu. Wah, kebetulan sekali saya sudah lama tidak dapat ilmu agama pikir saya.

Keesokan harinya saya ikut kajian itu, pengelolanya mbak2 pengurus masjid, anak UNY. Pembicaranya yang kukira ibu2 karena ditulisnya S.Pd setelah namanya, ternyata masih seumuran saya dan sudah dipanggil ustadzah. Wah2, envy saya. hehe. Ternyata tema kajian hari itu adalah ketika cinta mengetuk hatimu. hakdess.

Pada intinya begini ya kajian tersebut. Maaf kalau saya kurang lengkap menulisnya, ini kesimpulan yang saya tangkap. Allah menciptakan cinta itu indah (aduh, aku benar2 lupa kata2 detailnya, tp kurang lebih intinya begitu). Dengan demikian cinta itu memang Allah ciptakan untuk dirasakan manusia. Cinta itu fitrah manusia. Mencintai itu sah dan tidak apa2 karena memang diciptakan Allah untuk manusia.

Jika Allah mencintai suatu makhluk, maka Dia memerintahkan malaikat dan segenap makhluk untuk mencintainya (ini juga aku gak yakin dgn detail kata2nya, cuma intinya ya). Jadi, jika Allah mencintai seseorang, Insya Allah, dia akan dicintai juga oleh orang2 lain di sekelilingnya, dicintai malaikat dan lainnya. Mari kira berebut cinta Allah.

Lalu bagaimana ketika cinta mengetuk hatimu? Sudah dikatakan bahwa cinta itu fitrah manusia.
Dikisahkan Ali dan Fatimah putri Rasulullah SAW sepasang yang berjodoh. Fatimah adalah putri Rasul dan Ali adalah kerabat Rasul. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak kecil. Fatimah mencintai Ali dan sebaliknya. Namun demikian mereka berdua dapat menjaga rasa itu dengan sangat baik sehingga tidak menjadi sesuatu yang menyimpang dari ajaran agama. Selama beberapa tahun Ali dan Fatimah merahasiakan perasaan tersebut, menguncinya rapat2 di dalam hati yang paling dalam. Bahkan diceritakan bahwa setan pun tidak tahu tentang perasaan mereka berdua. pesan dari mbak ustadzah adl, jika kamu mencintai seseorang, cukuplah kamu sendiri dan Allah yang tahu. Tidak perlu mengumbar2 ke semua orang.
Kisah Ali berlanjut. Sekian lama memendam perasaan, Allah pun mengabulkan cinta suci yang terpendam dalam hati kedua orang tersebut. Allah pun menadikan mereka berjodoh. Bagaimana jalan ceritanaya? Sebagai putri Rasul yang terhormat, banyak pemuda dari berbagai kalangan terhormat yang ingin menyunting Fatimah, namun semua ditolak. Rasul pun menyuruh Ali untuk melamar, siapa tahu saja diterima. Ali merasa tidak percaya diri, pemuda dengan reputasi bagus saja ditolak, bagaimana mungkin dia yang hanya orang biasa berani melamar Fatimah. Namun demikian, dengan dorongan Rasul, akhirnya Ali melamar Fatimah dan tentu saja diterima karena memang Ali lah satu-satunya yang mengisi hatinya sejak bertahun-tahun.
Ya begitulah saudara2. Saya juga masih bingung akan pengertian mencintai karena Allah. Mungkin saja pengertiannya adalah cinta yang saling mendukung dalam kebaikan dan ibadah, begitu. Namun dalam kisah Fatimah dan Ali, menurut saya ketika cinta mengetukmu, jagalah kesuciannya agar jangan berubah menjadi sekedar nafsu atau obsesi. Dan ketika cinta tersebut terjaga, kemungkinan, jika Allah menghendaki, Allah akan menjodohkan kita dengan yang kita cintai. Jika kamu mencintai seseorang cukuplah kamu dan Allah saja yang tahu.

Yup demikian ya. saya cuma sekedar share info yang saya dapat dari kajian kemarin. lupa-lupa ingat. Kalau ada kesalahan baik yang fatal maupun tidak fatal, mohon dikoreksi.

Senin, 20 Mei 2013

Tragedi Musik Klasik


Kenapa saya ingin menulis tentang musik klasik? Gara-garanya teman kantor saya tiba-tiba memutar musik klasik Mozart atau apalah itu dengan kerasnya membuat saya tidak konsen dalam melanjutkan pekerjaan saya. Akhirnya demi bisa kembali konsen, saya mendengarkan musik dari earphone saya keras-keras. Entah kenapa musik klasik membuat saya menjadi tidak konsen dan kenapa saya tidak terlalu suka musik klasik, padahal kata orang-orang, musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan anak.

Bermula dari anggapan itu, ya anggapan musik klasik bisa membuat anak pintar, teman kost saya waktu SMA tiba-tiba membeli sebuah album musik klasik mozart atau siapa (setahu saya komposer musik klasik cuma Mozart. waksss. :p). Pembelian album musik klasik itu merupakan sebuah persiapan teman saya menjelang ulangan harian yang menumpuk. Bayangpun, dalam satu hari ada beberapa ulangan harian, bahkan mungkin semua pelajaran ulangan pada hari yang sama. Dengan anggapan bahwa efek yang dihasilkan pada bayi dan kita akan sama setelah mendengar musik klasik, album itu akan diputar untuk mengiringi kita belajar pada malam sebelum ulangan harian yang bertubi-tubi.

Ya, dan ritual pun dimulai. Eh, sebelumnya cerita tentang kost dulu ya. Kost saya merupakan kost yang lumayan mewah. Ibu kost cantik anak ibu kost juga lucu-lucu. Sampai sekarang kami masih saling berhubungan sih. Selain kamar-kamar, kost kami memiliki sebuah ruang bersama, terdapat meja besar dengan banyak kursi membelakangi pintu besar yang menuju ke halaman belakang. Kecuali waktu tidur, kedua daun pintu selalu terbuka siang malam membawa udara segar dari tanaman-tanaman di taman belakang. Meja dan ruangan itu memiliki fungsi ganda sebagai ruang makan dan ruang belajar. Tidak tahu bagaimana caranya, mungkin karena sudah terbiasa dan tahan banting, kita bisa belajar bersama berbanyak gitu, terus gimana cara konsentrasinya ya. Selesai makan malam, kami semua bersiap. Biasanya tiap hari sih ada saja yang ulangan harian, entah itu kelas satu, dua atau tiga. Kebetulan sekali pada hari itu kami semua di kost akan menghadapi ulangan harian keesokan harinya. Aku sendiri dan teman dengan album musik klasik akan menghadapi banyak sekali ulangan harian keesokan harinya.

Meja besar telah bersih dari piring dan makanan. Semua penghuni kost mengambil buku dan mulai menduduki kursi masing-masing di meja besar tersebut. Suasana tenang, tidak ada yang saling bicara dan semua terpaku pada buku masing-masing. Teman dengan album mozart bersiap memutar musik dan musik pun mengalun perlahan memenuhi ruang seisi kost. Kita semua yang belajar, menanti-nanti efek musik klasik pada otak kita. Ulangan pelajaran yang hafalan, yang rumus-rumus, yang analisa dan semuanya. Musik klasik terus mengalun dengan nada-nada yang menurut saya unpredictable, kadang pelan, kadang mendayu, kadang menderu penuh semangat. Ya, mungkin inilah ciri khas musik klasik, pikir saya dan terus berharap musik itu membatu saya dalam belajar malam itu dan menghasilkan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya saat tidak mendengar musik klasik.

Dan sama seperti yang saya rasakan di kantor, mendengar musik klasik membuat saya jadi tidak konsen, namun saya tidak menyerah sampai di situ, masa saya katrok banget, ya beginilah musik klasik. Ternyata yang saya rasakan juga dirasakan oleh teman-teman yang lain, dan sama-sama tidak diungkapkan. Baru satu pelajaran kami baca, tetapi kami tidak tau apa yang akan dilakukan, kami tidak konsen, lalu entah kenapa satu persatu dari kami membenamkan muka ke meja belajar. Sudah kami paksa untuk menegakkan kepala kembali, namun musik klasik yang mengalun, membuai kami menuju rasa kantuk yang sangat dahsyat. Pandangan tiba-tiba ngeblur, kesadaran mulai hilang. Saat mulai masuk ke alam mimpi tiba-tiba musik klasik bergema dengan kerasnya, awalnya mengalun lembut lalu dengan tiba-tiba menderang penuh semangat menarik roh kami yang mulai terbang ke alam mimpi kembali ke tubuh kami, kaget dan terbangun. Musik kembali mengalun lembut dan menderang tinggi kembali dengan keras. Nada menjadi tak beraturan. Sudah, saya tidak sanggup lagi dan memutuskan masuk kamar, menutup pintu, bukan, bukan belajar konsentrasi di kamar, tetapi tidur.

Yah, saya tidur pada saat keesokan harinya ada banyak ulangan. Tapi, entah bagaimana caranya ya, saya tidak punya catatan/ingatan saya mendapat nilai hancur pada ulangan hari itu. Yang pasti saya selamat pada ulangan yang bertumpuk di hari tersebut. Mungkin saya bangun dini hari dan belajar, atau belajar mendadak sebelum sarapan, atau detik-detik menjelang ulangan. Entahlah. Keesokan harinya, perasaan teman-teman yang terpendam akhirnya terungkap. Kami semua se kost tidak konsen saat mendengar musik klasik dan tertidur pada malam ulangan harian yang bertumpuk. Belakangan kami dengar bahwa penelitian yang menyebutkan musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan anak itu adalah hasil penelitian yang salah. Hahaha. Jadi kesimpulannya, nanti saya tidak akan memperdengarkan musik klasik pada calon anak saya. hoho. selamat siang.
Jam makan siang-kantor IIS UGM.


Jumat, 26 April 2013

Saat Semua Pesan Hokben Delivery Buat Lembur

16.38 meja Globalization and Local Development Institute of International Studies UGM. Persiapan untuk agenda menumpuk minggu depan. Saatnya pulang untuk latihan nari jam 5. Akhir pekan, tidak jadi jalan-jalan sama ex.teman-teman kantor UMY. Yasudah, jadwal untuk sabtu-minggu membaca saja. Mungkin berkunjung ke kost dyah wakil 2 untuk meminjam buku juga atau pergi bersama ke perpustakaan Kota Baru. Saya merasa bahwa saya belum tercerahkan dan saya harus mempersiapkan diri untuk meraih mimpi. Demi apapun, saya ingin menjalani hidup sesuai dengan cita-cita saya sejak kecil dalam hidup yang cuma sekali ini.
16.44, lantai 5 Gedung Fisipol UGM. Saatnya meninggalkan kantor dan saya merindukan seseorang yang berhutang cerita tentang ilmu Fisika kepada saya. Selamat lembur buat teman-teman.

Preface

Dulu sekali (tidak terasa sudah sangat lama), di Iran Corner UMY, kakak kelasku yang juga adalah seorang penulis, mungkin sudah banyak yang mengenal dia, Fahd Jibran, berkata bagaimana mungkin seorang penulis tidak mempunyai blog. Saat itu saya masih seorang mahasiswa semester awal yang mengikuti kelompok kecil pelatihan menulis yang diadakan oleh Mas Fahd. Saat itu masih sangat naif, saya bermimpi ingin menjadi penulis. Dalam pelatihan tersebut, saya belajar tentang segala macam tipe penulisan baik fiksi maupun non fiksi. Dan bagaimana setelah pelatihan? Tentu saja saya menulis, tetapi belum bisa dikatakan sebagai penulis. Beberapa kali saya menulis cerita fiksi dan artikel di buletin organisasi kampus serta beberapa naskah teater dan monolog untuk klub teater kampus saya sendiri tentu saja. Untuk non fiksi, hehe.. ditambah dengan kelas research paper PPB dan kelas analisa HI yang banyak membahas tentang jurnal, dan berbagai tulisan ilmiah lain, telah saya terapkan dalam menulis tugas-tugas kuliah, research paper, laporan magang dan tentu saja skripsi.

Bagaimana kabar blog? Memiliki blog adalah hal pertama yang disarankan oleh Fahd Jibran untuk menjadi seorang penulis. Apakah saya masih bermimpi untuk menjadi penulis. Iya, tentu saja, sambil terus meningkatkan kapasitas saya. Sementara waktu ini saya belum berani menulis karena saya belum banyak membaca. Seorang penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Masih mengingat pesan Fahd Jibran, dia sedih dengan kenyataan bahwa dia lebih mengenal Soekarno daripada kakek kandungnya sendiri. Hal tersebut dikarenakan Soekarno menulis dan kakeknya tidak. Tulisan seseorang yang ahirnya mengabadikan hasil pemikiran orang yang bersangkutan. Jadi menulislah bagi yang tidak mau dilupakan sejarah.  Sejak kelas menulis itu saya telah beberapa kali membuat blog, namun beberapa kali juga punah karena tidak pernah terisi. :p

Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja saya menemukan blog seorang sahabat. Saya mendapati bahwa tulisan sahabat saya tersebut cukup bermutu. :) Jujur saja saya iri membaca tulisan-tulisannya. Teringat beberapa tahun lalu, saat itu saya meminta sahabat saya (sebut saja Bunga) untuk mereview tulisan saya, sebuah naskah monolog untuk pertunjukan klub teater saya dalam lomba monolog di dinas pariwisata Yogya (kalau tidak salah). Dia berkata bahwa dia baru menyadari bahwa dia memiliki sahabat dengan kemampuan menulis handal, mirip tulisan Dewi Lestari. haha. Mungkin saat itu Bunga sedang dalam keadaan mabuk atau khilaf. Tetapi memang perkataannya sedikit membuat saya besar kepala. Bunga adalah orang yang jujur. Kecuali dia dalam keadaan tidak sadar, maka hal yang dikatakannya adalah benar adanya. Naskah tersebut tidak jadi saya pentaskan karena saat itu saya harus magang di Jakarta. Namun demikian, beberapa waktu kemudian saya menulis naskah monolog lagi untuk diperankan oleh orang lain. Pertunjukan sukses dan banyak yang menanyakan siapa penulis naskahnya, ceritanya bagus sekali. hahahaha. keren kan.

Saat saya memberitahu bahwa tulisan di blog sahabat saya tersebut mengesankan, dia bilang bahwa dia kangen dengan cerpen-cerpen saya. Iya, hal tersebut salah satu yang memotivasi saya untuk membuat blog lagi. Selain itu saya juga ingin mengembangkan diri, move on ke non fiksi, menulis tentang bidang ilmu saya, saya memiliki obsesi untuk menjadi ekspert di bidang ilmu saya, dan tentu saja, saya tidak ingin dilupakan sejarah.

Semoga ya, blog ini tidak punah seperti blog-blog saya sebelumnya. Amin.