Selasa, 28 Mei 2013

ketika cinta mengetuk hatimu

Sebenarnya ini saya udah kemalaman di kantor selesai mengerjakan scholarship application, tapi saya pikir saya perlu nulis tentang ini karena ini penting dan merujuk "sampaikanlah walau satu ayat." :)

Namanya Umi, teman kelompok saya waktu ospek. dia adalah seorang jilbaber, jilbabnya panjang sampai pinggang dan selalu pakai gamis. Meskipun jilbaber, dia adalah teman yang lumayan asik menurutku. Setelah Ospek kami berpisah kelas, namun masih sering sms an dan saling sapa saat ketemu di lobby. Hingga suatu ketika, saat saya sedang tidur siang, tiba-tiba saya terbangun oleh suara ringtone sms, Umi yang mengirimnya, memberitahukan undangan liqo di Masjid kampus UMY siang itu juga. Saya yang baru saja bangun tidur tentu saja bingung dan tidak dapat mencerna kosakata yang barusaja saya tahu saat itu, 'liqo'. Sambil mengumpulkan nyawa, saya menemui teman saya, untung saja dan kebetulan saja dia adalah akumni pondok Gontor, sehingga ketidaktahuan saya tentang arti kata liqo terjawab dengan segera. Sejenis pertemuan untuk pengajian.

Karena penasaran, sayapun akhirnya ganti baju dan segera menuju masjid kampus. Mati gilak, saat saya menemui Umi yang duduk-duduk bersama teman-temannya di lantai masjid bagian atas, ternyata saya mendapati diri saya satu-satunya yang berada dalam kelompok itu yang mengenakan celana jeans, kaos dan jilbab tidak sepinggang. jreng...

Pengajian pun dimulai, isinya sih ada kakak senior yang ngasih kajian, lalu setelah itu tanya jawab, sharing2 gitu. Menurutku acaranya sih lumyan asik, cara penyampaiannya pun menyenangkan, kita juga bisa sharing dan bertanya tentang ketidaktahuan kita terkait agama.

Setelah itu, saya pun beberapa kali mengikuti liqo2 yang diadakan jamaah itu. Bahkan saya pernah diajakin ke basecamp mereka. Mereka tidak mendiskriminasi saya yang memiliki gaya berpakaian beda dengan mereka. Mereka juga tidak menyebut satu sama lain dengan ukhti atau akhi seperti jamaah lainnya.

Sudah sampai di sini, akhirnya karena kita sudah bukan Mahasiswa baru lagi, kesibukan bertambah, saya menjadi jarang lagi ikut kajian bahkan tidak pernah, toh saya bukan anggota jamaah tersebut. Sampai suatu peristiwa mengantarkan saya bertemu dengan orang soleh lain pada tahun 2010. hehe. Namanya Mba Wulan, anak UI teman magang saya di Kemlu. Saya sering makan siang bareng dia, lebih memilih sholat dhuhur di masjid Kemlu daripada di tempat sholat di kantor dan sering jalan bareng. Subhanallahnya ya, di setiap obrolan kita dalam perjalanan, saat makan siang atau apa saja, selalu terselip pesan atau ilmu agama yang saya petik darinya. Contohnya adalah menyegerakan Shaalat, belum tentu kita berumur panjang. Suatu hari saya memutuskan untuk Shalat Ashar di kost saja karena kost saya dekat saja, hanya di belakang Kemlu, tapi Mba Wulan mengatakan sebaiknya Shalat dulu sebelum pulang, kita tidak akan tahu apa yang terjadi dalam perjalanan pulang walaupun jaraknya cuma dekat. Kita tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dalam keadaan belum Shalat bukan. Pesan lain adalah ketika suatu siang kita makan di kantin upakara kemlu, dia mengatakan bahwa ilmu agama itu sama halnya dengan mandi, apabila lama tidak mendapatkannya, kita akan merasa kotor. Nah.

Setelah keruwetan hidup mereda, pasca laporan magang dan skripsi, saya lulus dan bekerja di suatu instansi di kampus. Saya terngiang dengan pesan tersebut. Lalu saya bertanya tentang kajian di Jogja. Tidak mungkin kan saya ikut yg di kampus, secara sudah bukan generasinya lagi. Seorang anak magang di kantor saya memberitahu suatu kajian di Masjid dekat UGM, tiap hari apa gitu jam setengah 7. Saya pikir kajian dimulai sehabis Magrib, namun ternyata yang dimaksud adalah setengah 7 pagi. Saya tidak jadi ikut karena terlalu pagi dan tempatnya jauh, berlawanan dengan tempat kerja saya.

Suatu takdir mengantarkan pada hal ini. Mungkin sudah ditakdirkan saya memiliki tempat kost yang dekat dengan Masjid. Kost saya saat ini berada di depan Masjid, jadi kalau saat asik nonton tv gitu tiba2 terkaget dengan suara adzan yang tepat mengarah ke kost. keras sekali. *lhoh. :)
Apabila sempat, saya mengusahakan untuk Shalat berjamaah, merujuk ilmu ekonomi, derajad pahalanya lebih banyak daripada shalat sendiri.
Suatu petang, seusai Shalat Magrib di Masjid, saya dipanggil oleh mas2, dikasih selembar undangan. "Kalau ada waktu dan tidak sibuk, besok datang ke pengajian ya Mba," kata mas2 pengurus masjid itu. Wah, kebetulan sekali saya sudah lama tidak dapat ilmu agama pikir saya.

Keesokan harinya saya ikut kajian itu, pengelolanya mbak2 pengurus masjid, anak UNY. Pembicaranya yang kukira ibu2 karena ditulisnya S.Pd setelah namanya, ternyata masih seumuran saya dan sudah dipanggil ustadzah. Wah2, envy saya. hehe. Ternyata tema kajian hari itu adalah ketika cinta mengetuk hatimu. hakdess.

Pada intinya begini ya kajian tersebut. Maaf kalau saya kurang lengkap menulisnya, ini kesimpulan yang saya tangkap. Allah menciptakan cinta itu indah (aduh, aku benar2 lupa kata2 detailnya, tp kurang lebih intinya begitu). Dengan demikian cinta itu memang Allah ciptakan untuk dirasakan manusia. Cinta itu fitrah manusia. Mencintai itu sah dan tidak apa2 karena memang diciptakan Allah untuk manusia.

Jika Allah mencintai suatu makhluk, maka Dia memerintahkan malaikat dan segenap makhluk untuk mencintainya (ini juga aku gak yakin dgn detail kata2nya, cuma intinya ya). Jadi, jika Allah mencintai seseorang, Insya Allah, dia akan dicintai juga oleh orang2 lain di sekelilingnya, dicintai malaikat dan lainnya. Mari kira berebut cinta Allah.

Lalu bagaimana ketika cinta mengetuk hatimu? Sudah dikatakan bahwa cinta itu fitrah manusia.
Dikisahkan Ali dan Fatimah putri Rasulullah SAW sepasang yang berjodoh. Fatimah adalah putri Rasul dan Ali adalah kerabat Rasul. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak kecil. Fatimah mencintai Ali dan sebaliknya. Namun demikian mereka berdua dapat menjaga rasa itu dengan sangat baik sehingga tidak menjadi sesuatu yang menyimpang dari ajaran agama. Selama beberapa tahun Ali dan Fatimah merahasiakan perasaan tersebut, menguncinya rapat2 di dalam hati yang paling dalam. Bahkan diceritakan bahwa setan pun tidak tahu tentang perasaan mereka berdua. pesan dari mbak ustadzah adl, jika kamu mencintai seseorang, cukuplah kamu sendiri dan Allah yang tahu. Tidak perlu mengumbar2 ke semua orang.
Kisah Ali berlanjut. Sekian lama memendam perasaan, Allah pun mengabulkan cinta suci yang terpendam dalam hati kedua orang tersebut. Allah pun menadikan mereka berjodoh. Bagaimana jalan ceritanaya? Sebagai putri Rasul yang terhormat, banyak pemuda dari berbagai kalangan terhormat yang ingin menyunting Fatimah, namun semua ditolak. Rasul pun menyuruh Ali untuk melamar, siapa tahu saja diterima. Ali merasa tidak percaya diri, pemuda dengan reputasi bagus saja ditolak, bagaimana mungkin dia yang hanya orang biasa berani melamar Fatimah. Namun demikian, dengan dorongan Rasul, akhirnya Ali melamar Fatimah dan tentu saja diterima karena memang Ali lah satu-satunya yang mengisi hatinya sejak bertahun-tahun.
Ya begitulah saudara2. Saya juga masih bingung akan pengertian mencintai karena Allah. Mungkin saja pengertiannya adalah cinta yang saling mendukung dalam kebaikan dan ibadah, begitu. Namun dalam kisah Fatimah dan Ali, menurut saya ketika cinta mengetukmu, jagalah kesuciannya agar jangan berubah menjadi sekedar nafsu atau obsesi. Dan ketika cinta tersebut terjaga, kemungkinan, jika Allah menghendaki, Allah akan menjodohkan kita dengan yang kita cintai. Jika kamu mencintai seseorang cukuplah kamu dan Allah saja yang tahu.

Yup demikian ya. saya cuma sekedar share info yang saya dapat dari kajian kemarin. lupa-lupa ingat. Kalau ada kesalahan baik yang fatal maupun tidak fatal, mohon dikoreksi.

Senin, 20 Mei 2013

Tragedi Musik Klasik


Kenapa saya ingin menulis tentang musik klasik? Gara-garanya teman kantor saya tiba-tiba memutar musik klasik Mozart atau apalah itu dengan kerasnya membuat saya tidak konsen dalam melanjutkan pekerjaan saya. Akhirnya demi bisa kembali konsen, saya mendengarkan musik dari earphone saya keras-keras. Entah kenapa musik klasik membuat saya menjadi tidak konsen dan kenapa saya tidak terlalu suka musik klasik, padahal kata orang-orang, musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan anak.

Bermula dari anggapan itu, ya anggapan musik klasik bisa membuat anak pintar, teman kost saya waktu SMA tiba-tiba membeli sebuah album musik klasik mozart atau siapa (setahu saya komposer musik klasik cuma Mozart. waksss. :p). Pembelian album musik klasik itu merupakan sebuah persiapan teman saya menjelang ulangan harian yang menumpuk. Bayangpun, dalam satu hari ada beberapa ulangan harian, bahkan mungkin semua pelajaran ulangan pada hari yang sama. Dengan anggapan bahwa efek yang dihasilkan pada bayi dan kita akan sama setelah mendengar musik klasik, album itu akan diputar untuk mengiringi kita belajar pada malam sebelum ulangan harian yang bertubi-tubi.

Ya, dan ritual pun dimulai. Eh, sebelumnya cerita tentang kost dulu ya. Kost saya merupakan kost yang lumayan mewah. Ibu kost cantik anak ibu kost juga lucu-lucu. Sampai sekarang kami masih saling berhubungan sih. Selain kamar-kamar, kost kami memiliki sebuah ruang bersama, terdapat meja besar dengan banyak kursi membelakangi pintu besar yang menuju ke halaman belakang. Kecuali waktu tidur, kedua daun pintu selalu terbuka siang malam membawa udara segar dari tanaman-tanaman di taman belakang. Meja dan ruangan itu memiliki fungsi ganda sebagai ruang makan dan ruang belajar. Tidak tahu bagaimana caranya, mungkin karena sudah terbiasa dan tahan banting, kita bisa belajar bersama berbanyak gitu, terus gimana cara konsentrasinya ya. Selesai makan malam, kami semua bersiap. Biasanya tiap hari sih ada saja yang ulangan harian, entah itu kelas satu, dua atau tiga. Kebetulan sekali pada hari itu kami semua di kost akan menghadapi ulangan harian keesokan harinya. Aku sendiri dan teman dengan album musik klasik akan menghadapi banyak sekali ulangan harian keesokan harinya.

Meja besar telah bersih dari piring dan makanan. Semua penghuni kost mengambil buku dan mulai menduduki kursi masing-masing di meja besar tersebut. Suasana tenang, tidak ada yang saling bicara dan semua terpaku pada buku masing-masing. Teman dengan album mozart bersiap memutar musik dan musik pun mengalun perlahan memenuhi ruang seisi kost. Kita semua yang belajar, menanti-nanti efek musik klasik pada otak kita. Ulangan pelajaran yang hafalan, yang rumus-rumus, yang analisa dan semuanya. Musik klasik terus mengalun dengan nada-nada yang menurut saya unpredictable, kadang pelan, kadang mendayu, kadang menderu penuh semangat. Ya, mungkin inilah ciri khas musik klasik, pikir saya dan terus berharap musik itu membatu saya dalam belajar malam itu dan menghasilkan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya saat tidak mendengar musik klasik.

Dan sama seperti yang saya rasakan di kantor, mendengar musik klasik membuat saya jadi tidak konsen, namun saya tidak menyerah sampai di situ, masa saya katrok banget, ya beginilah musik klasik. Ternyata yang saya rasakan juga dirasakan oleh teman-teman yang lain, dan sama-sama tidak diungkapkan. Baru satu pelajaran kami baca, tetapi kami tidak tau apa yang akan dilakukan, kami tidak konsen, lalu entah kenapa satu persatu dari kami membenamkan muka ke meja belajar. Sudah kami paksa untuk menegakkan kepala kembali, namun musik klasik yang mengalun, membuai kami menuju rasa kantuk yang sangat dahsyat. Pandangan tiba-tiba ngeblur, kesadaran mulai hilang. Saat mulai masuk ke alam mimpi tiba-tiba musik klasik bergema dengan kerasnya, awalnya mengalun lembut lalu dengan tiba-tiba menderang penuh semangat menarik roh kami yang mulai terbang ke alam mimpi kembali ke tubuh kami, kaget dan terbangun. Musik kembali mengalun lembut dan menderang tinggi kembali dengan keras. Nada menjadi tak beraturan. Sudah, saya tidak sanggup lagi dan memutuskan masuk kamar, menutup pintu, bukan, bukan belajar konsentrasi di kamar, tetapi tidur.

Yah, saya tidur pada saat keesokan harinya ada banyak ulangan. Tapi, entah bagaimana caranya ya, saya tidak punya catatan/ingatan saya mendapat nilai hancur pada ulangan hari itu. Yang pasti saya selamat pada ulangan yang bertumpuk di hari tersebut. Mungkin saya bangun dini hari dan belajar, atau belajar mendadak sebelum sarapan, atau detik-detik menjelang ulangan. Entahlah. Keesokan harinya, perasaan teman-teman yang terpendam akhirnya terungkap. Kami semua se kost tidak konsen saat mendengar musik klasik dan tertidur pada malam ulangan harian yang bertumpuk. Belakangan kami dengar bahwa penelitian yang menyebutkan musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan anak itu adalah hasil penelitian yang salah. Hahaha. Jadi kesimpulannya, nanti saya tidak akan memperdengarkan musik klasik pada calon anak saya. hoho. selamat siang.
Jam makan siang-kantor IIS UGM.