Karena tema kali ini adalah sampaikan
walau satu ayat, saya akan berbagi poin lain dalam program tv ‘apabila kamu
mencintai apa yang di bumi, maka kamu akan dicintai yang di langit’. Makjleb
banget buat saya yang sangat skeptis terhadap apapun. Selama ini saya hanya
memikirkan diri saya sendiri. Sudah bawaan lahir seperti itu, ditambah latar
belakang ilmu saya adalah ilmu politik, di mana ‘tidak ada kawan dan lawan,
yang ada hanya kepentingan’. Saya menghayati betul konsep tersebut dalam hidup
saya. Saya tidak mau sih mencari musuh, saya tidak mau juga terlalu dekat
dengan orang. Kadang saya hanya berinteraksi sungguh-sungguh apabila saya
memiliki keperluan yang menyangkut urusan saya dengan mereka. Ya, tidak sampai
seperti politik sungguhan di mana kadang jadi lawan, kadang jadi teman sesuai
kepentingan. Saya hanya merasa tidak perduli dengan semua orang yang tidak
berkepentingan dengan saya. Sungguh-sungguh tidak direkomendasikan. Mungkin
karena itulah, Yang di langit menilai saya kurang penyayang sehingga belum
pantas untuk disayang. Mungkin akan berakibat pada do’a-do’a yang saya panjatkan,
kehidupan dan masa depan saya. Maaf ya. Mari introspeksi.
Kemudian, Yusuf Mansyur menambahkan poin
selanjutnya. Do’a pada masa puasa itu sangat mustajab. Insya Allah doa-doa yang
dipanjatkan pada bulan Ramadhan akan dikabulkan. Pahala amal ibadah juga dilipatgandakan.
Oleh karena itu, usahakan jangan banyak tidur, perbanyaklah amal dan do’a pada
bulan Ramadhan.
Selanjutnya, dikisahkan ketika Rasul
sedang di Masjid Nabawi bersama para sahabat, rasul mengucap ‘amin’ tiga kali. Setelah
itu Sahabat bertanya, “Ya Rasul, mengapa Engkau mengucap Amin padahal tidak ada
yang sedang memimpin do’a di sini?” Rasul menjawab bahwa baru saja Malaikat
berada di situ dan berdo’a kepada Allah. Pertama, Malaikat berdoa agar jangan
diterima puasa seorang manusia yang tidak meminta maaf kepada orangtua, kedua,
manusia yang tidak meminta maaf pada suami/istri dan yang ketiga, orang yang
tidak meminta maaf kepada saudara-saudaranya. Saya jadi ingat waktu awal
Ramadhan pada masa kuliah. Saat itu kelas Ilmu Alamiah Dasar. Kelas itu
mengajarkan tentang ilmu-ilmu alam. Idenya sih, diajarkan ke anak sosial agar
kelak di kemudian hari apabila mahasiswa sosial berkesempatan menjadi pejabat atau
pengambil keputusan, kebijakan yang diambil akan mempertimbangkan konsekuensi
dan dampak terhadap lingkungan dan alam merujuk dari pengetahuan tersebut. (cocok
buat gue banget.*merasa diri calon pejabat) Dosen IAD ini cukup alim. Beliau
mempertanyakan kenapa orang maaf-maafan malah pada saat Lebaran, padahal
seharusnya pada saat sebelum bulan Ramadhan. Lalu sore ini saya langung sms
Bapak dan Ibuk untuk mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan. Mungkin
mereka langsung bertanya-tanya, mengucek-ngucek mata mempertanyakan apa mereka
salah baca atau mungkin mengira saya sedang error. :D :D Pak Mahfud MD, yang
mengutarakan poin ini di tv, menyarankan agar kita segera minta maaf ke kerabat
mumpung baru awal-awal puasa. Yess.. Kemudian saya cek HP, ibuk dan bapak
membalas. Entah mereka mikir saya error atau gimana, tapi dalam sms balasan,
ibuk juga menyelipkan kalimat ‘semoga Allah selalu ijabahi do’a kita.’ Amin..
amin ya Rabb.. Ibuk.. doakan anakmu mencapai cita-cita. *nangis di pojokan.
Poin terakhir ya saudaraku yang
tercinta: sorga rindu pada empat macam manusia. Yang pertama, sorga rindu pada
orang yang gemar membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang kita ketahui (eh, gak
ding, dosen Bahasa Inggris saya melarang menggunakan ‘as we know’ dalam speech,
dia bilang, ‘siapa yang tahu? kamu tahu, tapi tidak semua audience tahu’),
baiklah, saya tahu dari ustadz dan pelajaran Agama Islam selama ini bahwa
Al-Qur’an adalah rule of law dalam
kehidupan. Sorga akan merindukan orang-orang yang gemar membaca Qur’an dan
menerapkan pada kehidupan. Saya sempat berfikir bahwa membaca Al-Qur’an itu
sama saja bohong kalau tidak tahu artinya. Saya juga sempat menyesal bahwa saya
tidak belajar Bahasa Arab waktu kuliah. Namun demikian, tidak ada yang sia-sia,
toh kita masih bisa membaca terjemahannya. Beberapa waktu lalu saya juga
berkesempatan mendengar Kultum shalat Subuh (ya, anda tidak salah baca. Saya
memang kebetulan bangun Subuh dan shalat di Masjid. *OMG, sesuatu buat saya
yang hobby bangun kesiangan). Pak ustadz menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang kita
baca ini dapat menjadi penolong bagi kita di kehidupan yang kedua. Bukan
kehidupan kedua reinkarnasi seperti di film Kera Sakti perjalanan ke barat mencari
kitab suci loh ya. Tentu saja kehidupan di akhirat. Percaya kehidupan kedua
kan? Mending percaya aja, daripada gak percaya, udah terlanjur hidup
sembarangan di dunia, tapi abis mati ternyata ada! Nah loh nyesel tiada guna
kan. *nangis di pojokan neraka deh kalo gitu kasusnya. Kelak kita akan diminta
pertanggung jawaban, umurmu yang dikaruniakan Gusti Allah itu kamu gunakan
untuk apa. Kalau kita ahh ihh uhh.. kelabakan gak tahu mau jawab apa, Al-Qur’an
yang dibaca setiap hari inilah yang akan menolong kita.
Tidak ada salahnya gak bisa bahasa Arab.
Ya, tapi tetap sih, saya berkeinginan untuk belajar Bahasa Arab suatu hari jika
saya memiliki kesempatan. Kita masih bisa membaca terjemahan Al-Qur’an untuk
menerapkan poin-poin hukum Allah. Jika belum sempat membaca terjemahan pun, membaca
Al-Qur’an akan bermanfaat menolong kita di akhirat nanti. Syukurlah, saya
merasakan keganasan Bapak dan Ibuk saya. Dari kecil saya diomelin mati-matian
untuk membaca Qur’an. Walhasil, membaca Qur’an ini sudah sama halnya dengan
makan, sekolah, kerja dan keseharian lain. Sudah otomatis dijalani. Kalau
ditanya berapa kali saya khatam Qur’an, jawabannya adalah uncountable. Hahaha.. maaf saya sombong dan riya’ pemirsa.
Keganasan orangtua dalam menggembleng saya kemungkinan dapat menolong saya di
kehidupan kedua. Ya, secara, selama ini saya belum berkontribusi apa-apa untuk
kemaslahatan umat. Kalau ditanya, ‘kamu gunakan untuk apa umurmu?’ wah, saya
pasti nangis di pojokan juga. Saya juga berharap, kebiasaan saya ini dapat
menjadi amal jariyah untuk guru ngaji saya. Guru ngaji saya seorang mas-mas,
anaknya seorang imam di Masjid dekat rumah. Masnya ini lulusan pondok, baik
budi pekerti, santun dalam ucapan dan cakep banget. Waktu itu saya masih SD,
saya pikir mas ini tampangnya persis banget sama Fery personel boyband M.E yang
nyanyi lagu Inikah Cinta. Namun
demikian, orang yang mengajarkan ngaji dan tajwid pada saya ini kemudian
meninggal karena sakit. Semoga tiap ayat yang saya baca akan menjadi amal jariyah ilmu yang bermanfaat
untuknya di alam baqa.
Tipe kedua yang dirindukan sorga adalah
orang yang gemar menjaga lidah. Jika terluka karena pedang akan dapat
disembuhkan, namun jika terluka hati karena tajamnya lidah, akan sulit sekali
untuk disembuhkan. Dengan demikian, sorga merindukan orang yang pandai menjaga
lidahnya agar sedapat mungkin tidak menyakiti hati orang lain. Semoga termasuk
di dalamnya.
Tipe ketiga adalah orang yang memberi
makan orang yang lapar, tipe ke-empat adalah orang yang menjalani ibadah di
Bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Saya pikir sudah cukup jelas ya, dua tipe
ini. Saya sudah capek nulis. Hoho.
Hanya bermodal seruan sampaikan walau
satu ayat, apabila terdapat kesalahan yang fatal maupun tidak fatal dalam
tulisan ini mohon dikoreksi.