Sebenarnya ini saya udah kemalaman di kantor selesai mengerjakan scholarship application, tapi saya pikir saya perlu nulis tentang ini karena ini penting dan merujuk "sampaikanlah walau satu ayat." :)
Namanya Umi, teman kelompok saya waktu ospek. dia adalah seorang jilbaber, jilbabnya panjang sampai pinggang dan selalu pakai gamis. Meskipun jilbaber, dia adalah teman yang lumayan asik menurutku. Setelah Ospek kami berpisah kelas, namun masih sering sms an dan saling sapa saat ketemu di lobby. Hingga suatu ketika, saat saya sedang tidur siang, tiba-tiba saya terbangun oleh suara ringtone sms, Umi yang mengirimnya, memberitahukan undangan liqo di Masjid kampus UMY siang itu juga. Saya yang baru saja bangun tidur tentu saja bingung dan tidak dapat mencerna kosakata yang barusaja saya tahu saat itu, 'liqo'. Sambil mengumpulkan nyawa, saya menemui teman saya, untung saja dan kebetulan saja dia adalah akumni pondok Gontor, sehingga ketidaktahuan saya tentang arti kata liqo terjawab dengan segera. Sejenis pertemuan untuk pengajian.
Karena penasaran, sayapun akhirnya ganti baju dan segera menuju masjid kampus. Mati gilak, saat saya menemui Umi yang duduk-duduk bersama teman-temannya di lantai masjid bagian atas, ternyata saya mendapati diri saya satu-satunya yang berada dalam kelompok itu yang mengenakan celana jeans, kaos dan jilbab tidak sepinggang. jreng...
Pengajian pun dimulai, isinya sih ada kakak senior yang ngasih kajian, lalu setelah itu tanya jawab, sharing2 gitu. Menurutku acaranya sih lumyan asik, cara penyampaiannya pun menyenangkan, kita juga bisa sharing dan bertanya tentang ketidaktahuan kita terkait agama.
Setelah itu, saya pun beberapa kali mengikuti liqo2 yang diadakan jamaah itu. Bahkan saya pernah diajakin ke basecamp mereka. Mereka tidak mendiskriminasi saya yang memiliki gaya berpakaian beda dengan mereka. Mereka juga tidak menyebut satu sama lain dengan ukhti atau akhi seperti jamaah lainnya.
Sudah sampai di sini, akhirnya karena kita sudah bukan Mahasiswa baru lagi, kesibukan bertambah, saya menjadi jarang lagi ikut kajian bahkan tidak pernah, toh saya bukan anggota jamaah tersebut. Sampai suatu peristiwa mengantarkan saya bertemu dengan orang soleh lain pada tahun 2010. hehe. Namanya Mba Wulan, anak UI teman magang saya di Kemlu. Saya sering makan siang bareng dia, lebih memilih sholat dhuhur di masjid Kemlu daripada di tempat sholat di kantor dan sering jalan bareng. Subhanallahnya ya, di setiap obrolan kita dalam perjalanan, saat makan siang atau apa saja, selalu terselip pesan atau ilmu agama yang saya petik darinya. Contohnya adalah menyegerakan Shaalat, belum tentu kita berumur panjang. Suatu hari saya memutuskan untuk Shalat Ashar di kost saja karena kost saya dekat saja, hanya di belakang Kemlu, tapi Mba Wulan mengatakan sebaiknya Shalat dulu sebelum pulang, kita tidak akan tahu apa yang terjadi dalam perjalanan pulang walaupun jaraknya cuma dekat. Kita tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dalam keadaan belum Shalat bukan. Pesan lain adalah ketika suatu siang kita makan di kantin upakara kemlu, dia mengatakan bahwa ilmu agama itu sama halnya dengan mandi, apabila lama tidak mendapatkannya, kita akan merasa kotor. Nah.
Setelah keruwetan hidup mereda, pasca laporan magang dan skripsi, saya lulus dan bekerja di suatu instansi di kampus. Saya terngiang dengan pesan tersebut. Lalu saya bertanya tentang kajian di Jogja. Tidak mungkin kan saya ikut yg di kampus, secara sudah bukan generasinya lagi. Seorang anak magang di kantor saya memberitahu suatu kajian di Masjid dekat UGM, tiap hari apa gitu jam setengah 7. Saya pikir kajian dimulai sehabis Magrib, namun ternyata yang dimaksud adalah setengah 7 pagi. Saya tidak jadi ikut karena terlalu pagi dan tempatnya jauh, berlawanan dengan tempat kerja saya.
Suatu takdir mengantarkan pada hal ini. Mungkin sudah ditakdirkan saya memiliki tempat kost yang dekat dengan Masjid. Kost saya saat ini berada di depan Masjid, jadi kalau saat asik nonton tv gitu tiba2 terkaget dengan suara adzan yang tepat mengarah ke kost. keras sekali. *lhoh. :)
Apabila sempat, saya mengusahakan untuk Shalat berjamaah, merujuk ilmu ekonomi, derajad pahalanya lebih banyak daripada shalat sendiri.
Suatu petang, seusai Shalat Magrib di Masjid, saya dipanggil oleh mas2, dikasih selembar undangan. "Kalau ada waktu dan tidak sibuk, besok datang ke pengajian ya Mba," kata mas2 pengurus masjid itu. Wah, kebetulan sekali saya sudah lama tidak dapat ilmu agama pikir saya.
Keesokan harinya saya ikut kajian itu, pengelolanya mbak2 pengurus masjid, anak UNY. Pembicaranya yang kukira ibu2 karena ditulisnya S.Pd setelah namanya, ternyata masih seumuran saya dan sudah dipanggil ustadzah. Wah2, envy saya. hehe. Ternyata tema kajian hari itu adalah ketika cinta mengetuk hatimu. hakdess.
Pada intinya begini ya kajian tersebut. Maaf kalau saya kurang lengkap menulisnya, ini kesimpulan yang saya tangkap. Allah menciptakan cinta itu indah (aduh, aku benar2 lupa kata2 detailnya, tp kurang lebih intinya begitu). Dengan demikian cinta itu memang Allah ciptakan untuk dirasakan manusia. Cinta itu fitrah manusia. Mencintai itu sah dan tidak apa2 karena memang diciptakan Allah untuk manusia.
Jika Allah mencintai suatu makhluk, maka Dia memerintahkan malaikat dan segenap makhluk untuk mencintainya (ini juga aku gak yakin dgn detail kata2nya, cuma intinya ya). Jadi, jika Allah mencintai seseorang, Insya Allah, dia akan dicintai juga oleh orang2 lain di sekelilingnya, dicintai malaikat dan lainnya. Mari kira berebut cinta Allah.
Lalu bagaimana ketika cinta mengetuk hatimu? Sudah dikatakan bahwa cinta itu fitrah manusia.
Dikisahkan Ali dan Fatimah putri Rasulullah SAW sepasang yang berjodoh. Fatimah adalah putri Rasul dan Ali adalah kerabat Rasul. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak kecil. Fatimah mencintai Ali dan sebaliknya. Namun demikian mereka berdua dapat menjaga rasa itu dengan sangat baik sehingga tidak menjadi sesuatu yang menyimpang dari ajaran agama. Selama beberapa tahun Ali dan Fatimah merahasiakan perasaan tersebut, menguncinya rapat2 di dalam hati yang paling dalam. Bahkan diceritakan bahwa setan pun tidak tahu tentang perasaan mereka berdua. pesan dari mbak ustadzah adl, jika kamu mencintai seseorang, cukuplah kamu sendiri dan Allah yang tahu. Tidak perlu mengumbar2 ke semua orang.
Kisah Ali berlanjut. Sekian lama memendam perasaan, Allah pun mengabulkan cinta suci yang terpendam dalam hati kedua orang tersebut. Allah pun menadikan mereka berjodoh. Bagaimana jalan ceritanaya? Sebagai putri Rasul yang terhormat, banyak pemuda dari berbagai kalangan terhormat yang ingin menyunting Fatimah, namun semua ditolak. Rasul pun menyuruh Ali untuk melamar, siapa tahu saja diterima. Ali merasa tidak percaya diri, pemuda dengan reputasi bagus saja ditolak, bagaimana mungkin dia yang hanya orang biasa berani melamar Fatimah. Namun demikian, dengan dorongan Rasul, akhirnya Ali melamar Fatimah dan tentu saja diterima karena memang Ali lah satu-satunya yang mengisi hatinya sejak bertahun-tahun.
Ya begitulah saudara2. Saya juga masih bingung akan pengertian mencintai karena Allah. Mungkin saja pengertiannya adalah cinta yang saling mendukung dalam kebaikan dan ibadah, begitu. Namun dalam kisah Fatimah dan Ali, menurut saya ketika cinta mengetukmu, jagalah kesuciannya agar jangan berubah menjadi sekedar nafsu atau obsesi. Dan ketika cinta tersebut terjaga, kemungkinan, jika Allah menghendaki, Allah akan menjodohkan kita dengan yang kita cintai. Jika kamu mencintai seseorang cukuplah kamu dan Allah saja yang tahu.
Yup demikian ya. saya cuma sekedar share info yang saya dapat dari kajian kemarin. lupa-lupa ingat. Kalau ada kesalahan baik yang fatal maupun tidak fatal, mohon dikoreksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar