Minggu, 05 Februari 2017

Berkah Waktu

Sekitar setahun lalu ketika baru pindah ke Malang, saya merasa waktu di Malang terasa begitu cepat. Sangat cepat. Mungkin ini adalah efek dari perpindahan saya dari Yogya atau Magetan yang terletak cukup jauh lebih ke Barat daripada Malang. Di Malang waktu terbit dan terbenam matahari terasa jauh lebih cepat. Karena saya Muslim, saya sudah terbiasa menandai waktu dengan waktu Adzan. Hal ini lebih terasa lagi di Malang, Adzan lebih awal dibandingkan dengan di Magetan atau di Yogyakarta. Terlebih, kebiasaan di Malang, Masjid-Masjid memutar rekaman bacaan Al-Qur'an sekitar satu jam sebelum Adzan. Misal Adzan Magrib pukul 17.30, kumandang Al-Qur'an sebelum Adzan sudah terdengar sebelum pukul 17.00. Matahari juga sudah mulai condong ke Barat. Hal ini membuat suasana terasa sudah hampir malam. Saya pribadi merasa "gopoh", bahasa Jawa untuk buru-buru padahal ada hal yang belum selesai. Terasa buru-buru, waktu di Malang terlalu cepat. Awal pindah ke Malang, saya pernah menulis di Path bahwa waktu di Malang terasa berjalan begitu cepat, setengah 6 kurang sudah Adzan Magrib. Hal ini menunjukkan agar saya harus bergegas. Kira-kira seperti itu. Kalau sudah tau waktu berjalan terlalu cepat, maka saya harus lebih cepat.

Waktu yang terasa cepat ini mugkin bukan hanya perasaan saya saja. Pernah pada awal 2015, saya dan teman saya, Novita, piknik ke Malang. Jam di HP kita (yang notabene on line) berbeda dengan jam di Malang. Serius. Bahkan, kalau kami comment di path, comment kami berada di urutan atas daripada comment yang kami jawab. Waktu di HP kami lebih lambat daripada waktu di jam-jam di Malang yang mungkin considered as waktu sebenarnya pada saat itu. Serius, kami bertanya-tanya tentang hal itu, tapi tidak terlalu memusingkannya lebih lanjut. Namun demikian, fenomena ini tidak saya alami lagi beberapa bulan kemudian, ketika saya pindah ke Malang. Jam di HP yang saya bawa dari Yogya sama dengan jam yang ada di Malang. Entah, saya kurang paham dengan semua ini. halah, lebay. tapi bener loh. saya benar-benar mengalami jam yang lebih lambat di Malang pada Februari 2015. Intinya ya tadi, saya merasa waktu di Malang terasa sangat-sangat cepat.

Namun demikian, hal tersebut berubah sekitar dua bulan ini. Saya terbiasa Sholat dulu sebelum bepergian agar tidak terlewat waktu Sholat ketika sedang sibuk dan agar tidak ribet di luaran. Saat itu saya menuggu-nunggu Adzan, tapi lupa Adzan apa ya. haha. Saya menunggu lama sekali, kemudian saya googling waktu Shalat di Malang bulan itu. Saya mendapati waktu Shalatnya jauh bergeser ke belakang. Jauh sekali. Tumben, kata saya dalam hati. 

Bos saya di kantor adalah orang yang sangat religius.Beliau selalu mengingatkan untuk Shalat di awal waktu. Saat itu, waktu beliau menanyakan sudah Shalat atau belum, saya menjawab bahwa waktu itu belum Adzan. Waktu Shalat pada hari-hari tersebut mundur sekali. Kemudian ada satu teman kantor berkata bahwa hal tersebut adalahh berkah waktu. Waktu yang dimundurkan. Saya tidak bertanya lebih lanjut, namun berpikir bahwa berkah waktu adalah waktu terbit dan tenggelam matahari yang mundur serta waktu-waktu Shalat yang mundur. Saya kurang paham juga sih tentang hitungan waktu dalam ilmu pasti. Bukankah maju mundur waktu Shalat maupun terbit dan tenggelam matahari tidak mempengaruhi jumlah waktu dalam sehari? Namun demikian, saya pribadi merasa berpengaruh. Saya merasa mendapat tambahan waktu. Hanya merasa saja. Ketika Adzan Subuh lebih mundur, terbit Matahari mundur, Adzan Magrib Mundur dan tenggelamnya Matahari Mundur, saya merasa waktu lebih banyak, lebih panjang. Mungkin inilah yang dinamakan berkah waktu. Dengan diberikannya berkah waktu ini, hendaknya saya tidak menyia-nyiakannya. Waktu yang diberikan apalagi dengan bonus ini harusnya dimanfaatkan dengan sangat produktif.

Hingga hari ini, Minggu, 5 Februari 2017, saya masih merasakan berkah waktu di Malang. Pukul 17.57, saat saya menulis postingan ini, saya masih melihat langit terang dari jendela kaca kamar saya. Biasanya setengah 6 kurang saja di Malang sudah gelap gulita. Terimakasih Tuhan telah memberikan berkah waktu. Semoga saya dapat memanfaatkan bonus ini dengan sangat baik.

Malang, 5 Februari 2017.