Senin, 20 Mei 2013

Tragedi Musik Klasik


Kenapa saya ingin menulis tentang musik klasik? Gara-garanya teman kantor saya tiba-tiba memutar musik klasik Mozart atau apalah itu dengan kerasnya membuat saya tidak konsen dalam melanjutkan pekerjaan saya. Akhirnya demi bisa kembali konsen, saya mendengarkan musik dari earphone saya keras-keras. Entah kenapa musik klasik membuat saya menjadi tidak konsen dan kenapa saya tidak terlalu suka musik klasik, padahal kata orang-orang, musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan anak.

Bermula dari anggapan itu, ya anggapan musik klasik bisa membuat anak pintar, teman kost saya waktu SMA tiba-tiba membeli sebuah album musik klasik mozart atau siapa (setahu saya komposer musik klasik cuma Mozart. waksss. :p). Pembelian album musik klasik itu merupakan sebuah persiapan teman saya menjelang ulangan harian yang menumpuk. Bayangpun, dalam satu hari ada beberapa ulangan harian, bahkan mungkin semua pelajaran ulangan pada hari yang sama. Dengan anggapan bahwa efek yang dihasilkan pada bayi dan kita akan sama setelah mendengar musik klasik, album itu akan diputar untuk mengiringi kita belajar pada malam sebelum ulangan harian yang bertubi-tubi.

Ya, dan ritual pun dimulai. Eh, sebelumnya cerita tentang kost dulu ya. Kost saya merupakan kost yang lumayan mewah. Ibu kost cantik anak ibu kost juga lucu-lucu. Sampai sekarang kami masih saling berhubungan sih. Selain kamar-kamar, kost kami memiliki sebuah ruang bersama, terdapat meja besar dengan banyak kursi membelakangi pintu besar yang menuju ke halaman belakang. Kecuali waktu tidur, kedua daun pintu selalu terbuka siang malam membawa udara segar dari tanaman-tanaman di taman belakang. Meja dan ruangan itu memiliki fungsi ganda sebagai ruang makan dan ruang belajar. Tidak tahu bagaimana caranya, mungkin karena sudah terbiasa dan tahan banting, kita bisa belajar bersama berbanyak gitu, terus gimana cara konsentrasinya ya. Selesai makan malam, kami semua bersiap. Biasanya tiap hari sih ada saja yang ulangan harian, entah itu kelas satu, dua atau tiga. Kebetulan sekali pada hari itu kami semua di kost akan menghadapi ulangan harian keesokan harinya. Aku sendiri dan teman dengan album musik klasik akan menghadapi banyak sekali ulangan harian keesokan harinya.

Meja besar telah bersih dari piring dan makanan. Semua penghuni kost mengambil buku dan mulai menduduki kursi masing-masing di meja besar tersebut. Suasana tenang, tidak ada yang saling bicara dan semua terpaku pada buku masing-masing. Teman dengan album mozart bersiap memutar musik dan musik pun mengalun perlahan memenuhi ruang seisi kost. Kita semua yang belajar, menanti-nanti efek musik klasik pada otak kita. Ulangan pelajaran yang hafalan, yang rumus-rumus, yang analisa dan semuanya. Musik klasik terus mengalun dengan nada-nada yang menurut saya unpredictable, kadang pelan, kadang mendayu, kadang menderu penuh semangat. Ya, mungkin inilah ciri khas musik klasik, pikir saya dan terus berharap musik itu membatu saya dalam belajar malam itu dan menghasilkan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya saat tidak mendengar musik klasik.

Dan sama seperti yang saya rasakan di kantor, mendengar musik klasik membuat saya jadi tidak konsen, namun saya tidak menyerah sampai di situ, masa saya katrok banget, ya beginilah musik klasik. Ternyata yang saya rasakan juga dirasakan oleh teman-teman yang lain, dan sama-sama tidak diungkapkan. Baru satu pelajaran kami baca, tetapi kami tidak tau apa yang akan dilakukan, kami tidak konsen, lalu entah kenapa satu persatu dari kami membenamkan muka ke meja belajar. Sudah kami paksa untuk menegakkan kepala kembali, namun musik klasik yang mengalun, membuai kami menuju rasa kantuk yang sangat dahsyat. Pandangan tiba-tiba ngeblur, kesadaran mulai hilang. Saat mulai masuk ke alam mimpi tiba-tiba musik klasik bergema dengan kerasnya, awalnya mengalun lembut lalu dengan tiba-tiba menderang penuh semangat menarik roh kami yang mulai terbang ke alam mimpi kembali ke tubuh kami, kaget dan terbangun. Musik kembali mengalun lembut dan menderang tinggi kembali dengan keras. Nada menjadi tak beraturan. Sudah, saya tidak sanggup lagi dan memutuskan masuk kamar, menutup pintu, bukan, bukan belajar konsentrasi di kamar, tetapi tidur.

Yah, saya tidur pada saat keesokan harinya ada banyak ulangan. Tapi, entah bagaimana caranya ya, saya tidak punya catatan/ingatan saya mendapat nilai hancur pada ulangan hari itu. Yang pasti saya selamat pada ulangan yang bertumpuk di hari tersebut. Mungkin saya bangun dini hari dan belajar, atau belajar mendadak sebelum sarapan, atau detik-detik menjelang ulangan. Entahlah. Keesokan harinya, perasaan teman-teman yang terpendam akhirnya terungkap. Kami semua se kost tidak konsen saat mendengar musik klasik dan tertidur pada malam ulangan harian yang bertumpuk. Belakangan kami dengar bahwa penelitian yang menyebutkan musik klasik bisa meningkatkan kecerdasan anak itu adalah hasil penelitian yang salah. Hahaha. Jadi kesimpulannya, nanti saya tidak akan memperdengarkan musik klasik pada calon anak saya. hoho. selamat siang.
Jam makan siang-kantor IIS UGM.


1 komentar:

  1. Hahahaha.... pada waktu itu aku sudah merasa sebenarnya. Hahahaha......

    BalasHapus